Senin, 25 Maret 2013

AKU DAN CBM, HARAPAN MASA DEPAN ENERGI INDONESIA

Hari ini adalah salah satu hari istimewa.
Syukur alhamdulillah tadi siang draft Komprehensif secara resmi kuserahkan ke dosen pembimbingku, Ir.H.Avianto Kabul Pratiknyo,MT.
Beberapa saat sebelum kuserahkan draft setebal 160 halaman itu, kubaca kembali buku panduan bimbingan Komprehensif-ku. Disitu tercatat kapan terakhir kalinya ku menghadap pak Avi, 11 Oktober 2012.
Ya, 5 bulan aku 'menghilang' !
Saking lamanya menghilang pak Avi sempat menyindirku di ruangnya tadi siang, "Kamu bimbingan saya to Gus?"
Semuanya membawa saya teringat kembali akan kisah bersejarah di bulan Oktober 2012 lalu...
Saat itu adalah momen yang paling ditunggu semua mahasiswa Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta, input mata kuliah 'Komprehensif' !
Mata kuliah ini adalah mata kuliah khas di kampus kami. Di masa lalu bernama 'Kolokium', namun sejak era reformasi diubah menjadi Komprehensif. Dulu, mahasiswa yang telah berhasil melalui Sidang Kolokium akan dianugerahi gelar 'Sarjana Muda Teknik Perminyakan'. Di masa ini, gelar itu ditiadakan karena banyak kasus mahasiswa yang telah bergelar SMT kemudian langsung bekerja di industri migas dan melupakan penyelesaian gelar sarjananya. Namun masih menjadi adat bagi mahasiswa di kampus kami hingga saat ini untuk memanggil kawan yang telah menyelesaikan Sidang Komprehensif nya dengan sebutan Sarjana Muda.
Mekanisme Komprehensif 90 % sama dengan Skripsi di kampus lain. Mahasiswa akan mengawalinya dengan mengajukan judul, membuat flowchart, mengajukan proposal, menyusun draft, menyusun slide presentasi dan diakhiri dengan presentasi di hadapan dosen dan mahasiswa lain.
Yang membedakannya dengan Skripsi adalah judul dan pembahasan Komprehensif masih bersifat umum, tidak seperti Skripsi/Tugas Akhir (TA) yang diharuskan memakai obyek sumur tertentu pada lapangan tertentu dan juga proses pengambilan data selama 1-3 bulan di lapangan/perusahaan.
Ya itulah bagian dari kurikulum di kampus kami. Sebagai perbandingan, di Indonesia hanya ada 3 Program Studi Teknik Perminyakan: Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Yogyakarta dan Universitas Trisakti Jakarta. 2 kampus yang lain ternyata tidak mengenal proses Komprehensif. Mereka yang telah sampai di semester akhir hanya akan fokus pada Skripsinya yang berupa sebuah paper.
Sejenak jika dipikir memang terlihat sangat tidak adil. Bayangkan perbedaannya dengan kampus kami yang mewajibkan seluruh mahasiswanya mengikuti alur akademik utama: Kuliah Lapangan Geologi Cepu (KLGC), Kuliah Lapangan Migas dan Panasbumi (KLMP), Kuliah Kerja Nyata (KKN), Kerja Praktek (KP), Komprehensif, Tugas Akhir (TA)/Skripsi dan Publikasi Paper Skripsi.
Belum lagi di tahap Komprehensif dan Skripsi yang kadang terhadang 'dosen killer'. Tak jarang senior di kampus ku tertahan selama lebih dari 1 tahun di tahap Komprehensif akibat mendapat dosen pembimbing yang 'nyleneh'.
Tapi belakangan aku bersyukur, itu semua lah yang menempa senior-senior kami yang sekarang ini mengisi mayoritas posisi 'Petroleum Engineer' di Timur Tengah, Afrika dan Indonesia sendiri. Hingga saat ini tercatat lebih dari 30 % insinyur perminyakan di Timur Tengah adalah insinyur lulusan UPN "Veteran" Yogyakarta (bukan lulusan Indonesia, tapi UPN secara spesifik), begitu pula di PT Pertamina (perusahaan migas nasional Indonesia, sekaligus perusahaan pemegang oil production rate terbesar di Asia Tenggara), insinyur perminyakan lulusan perguruan tinggi lain juga sangat bisa dihitung jari. Ini semua lah yang membesarkan nama almamater kami di kancah energi internasional.
Okay, kembali lagi ke kisahku di Oktober 2012...
Tibalah aku di hari distribusi dosen pembimbing. Hatiku agak dag-dig-dug karena santer dikabarkan dosen paling killer di kampus kami, Doktor X 'hobi mengincar' para petinggi mahasiswa kampus sebagai mahasiswa bimbingannya. Bukan rahasia lagi bahwa mahasiswa bimbingan beliau rata-rata harus tertahan selama kurang lebih 2 tahun untuk proses penyusunan Komprehensif itu. Kebetulan posisiku sendiri adalah Sekretaris Jenderal I 'Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan' (HMTM) UPN "Veteran" Yogyakarta, jadi sangat mungkin namaku menjadi incarannya.
Dengan harap-harap cemas, aku mengisi daftar mata kuliah yang kugemari secara jujur saat proses pendaftaran distribusi dosen pembimbing: Teknik Gas Bumi, Teknik Produksi I, Pengelolaan Industri Migas dan Panasbumi, Mekanika Fluida, dan Penilaian Formasi.
Tapi takdir berkata lain, ternyata Allah SWT memutuskanku untuk dibimbing oleh seorang dosen yang terkenal memiliki pengetahuan agama yang kuat dan berkarakter sangat baik: Ir.H.Avianto Kabul Pratiknyo,MT. Kebetulan sebelumnya kami juga memiliki hubungan yang cukup baik, mengingat pada 2 kuliah lapangan yang lalu beliau selalu menjadi pembimbing rombongan bis yang ku-koordinatori. Beliau saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta, orang nomor dua di kampus kami setelah Ir.H.Anas Puji Santoso,MT (Ketua Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta).
Di dunia Teknik Perminyakan, cabang keilmuan kami secara garis besar terbagi menjadi 3: Teknik Reservoir (Dikenal paling sulit. Isinya seputar evaluasi logging, penentuan karakteristik formasi, penghitungan besarnya reserves/cadangan, keekonomian, dsb), Teknik Produksi (Isinya seputar completion method, fluid lifting ke atas permukaan dan fasilitas di atas permukaan) dan Teknik Pemboran (Isinya terkait metode dan peralatan pemboran lapisan di bawah permukaan).
Sejak lama pamanku yang bekerja di PT Chevron Pasific Indonesia mengarahkanku untuk mengambil cabang ilmu Teknik Reservoir. Menurut beliau reservoir adalah inti dari ilmu perminyakan, tak bisa digantikan oleh insinyur dari bidang ilmu lain (Teknik Mesin, Teknik Kimia, dll). Sehingga jika telah menguasai Teknik Reservoir maka cabang ilmu yang lain akan mudah untuk dikuasai pula. Selain itu bukan rahasia bahwa penghasilan insinyur reservoir dikenal paling menggiurkan.
Tapi arahan itu tak pernah menarik hatiku, karena aku khawatir ilmu reservoir terlalu sulit untukku. Walau realitanya nilai-nilaiku memang paling tinggi di bidang reservoir, aku lebih merasa nyaman untuk ambil bagian di Teknik Produksi.
Menjelang semester 7 aku mendapat satu pencerahan untuk fokus di salah satu cabang ilmu Teknik Perminyakan selain Geothermal/Panasbumi, yaitu 'Coalbed Methane' (CBM) atau Gas Methana Batubara.
Pengembangan CBM di Indonesia baru dimulai tahun 2008. CBM hadir sebagai salah satu alternatif energi yang disiapkan untuk menggantikan minyak dan gas konvensional.

 
Secara sederhana CBM adalah gas methana (C1-C4) yang teradsorpsi ke dalam mikropori lapisan batubara (sub-bituminous sampai bituminous) dan terjebak volume air yang ada di makropori/cleat nya. Posisinya berada pada kedalaman 300-1000 m di bawah permukaan. Bagi anak-anak Teknik Pertambangan kedalaman itu terlalu dalam, namun bagi kami anak Teknik Perminyakan yang biasa mengeksploitasi migas konvensional di kedalaman 3000-10.000 m, kedalaman pada proses eksploitasi CBM bukanlah masalah utama.
Proses pembentukan CBM terjadi bersamaan dengan pembentukan lapisan batubara/coalifikasi. Dimulai dari tahap perubahan peat menjadi lignite, kemudian menjadi sub-bituminous, bituminous, anthracite dan terakhir graphite. Alur itu lah yang disebut sebagai coal rank.
Proses pembentukannya dikategorikan menjadi 2: biogenic dan thermogenic. Dalam proses biogenic CBM dibentuk oleh mikroorganisme dan hasilnya adalah dry gas (C1-C2), gas ini bisa dimanfaatkan sebagai 'Liqufied Natural Gas' (LNG). Sedangkan dalam proses thermogenic CBM dibentuk oleh pressure dan temperature, dimana hasilnya adalah wet gas (C3-C4) dan bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.
Penentuan apakah CBM yang kita dapat merupakan over-saturated, saturated atau under-saturated dapat diketahui dari analisis grafik Langmuir isotherm.
CBM dikategorikan sebagai unconventional gas karena source rock nya berfungsi sekaligus sebagai reservoir rock, namun uniknya teknologi eksploitasi CBM dapat menggunakan teknik gas konvensional.
Bahkan untuk menghitung reserves nya juga digunakan rumus volumetris dan material balance yang digunakan pada gas konvensional, hanya saja ada tambahan gas content formula.
Parameter-parameter reservoir nya bisa diketahui melalui uji penilaian formasi: coal rank dari isopach mapping, gas content dari coring, seam thickness dari gamma ray log, pressure dari pressure build up (PBU) testing, temperature dari temperature log, cleat spacing dari coring, diffusion coefficient dari coring, compressibility dari coring, desorption isotherm dari coring, initial saturation dari combination log (resistivity log dan porosity log), permeability dari coring, dan desorption pressure dari PBU testing.
CBM juga bisa digolongkan ke dalam renewable energy/'Energi Baru Terbarukan' (EBT), karena cadangan gas di lapisan batubara akan terus terisi kembali sejalan dengan proses coalifikasi.
Untuk memproduksi CBM dibutuhkan adanya proses desorption, diffusion dan flowing. Ketiga hal itu bisa terjadi jika water trap yang terdapat dalam volume yang sangat besar di cleat dipompakan ke atas permukaan, proses ini dinamakan dewatering. Semakin banyak kita membuat infill well, maka akan semakin cepat pula CBM ikut terproduksi ke permukaan.
Pengeboran sumurnya pun cukup unik, karena formasi batubara cenderung rapuh sehingga perlu pressure maintenance yang lebih cermat dan penggunaan udara sebagai fluida pemboran untuk menggantikan drilling mud.
Alhamdulillah Indonesia dianugerahi Allah SWT dengan kandungan CBM terbesar ke-5 di dunia dengan resourch sebanyak 453,3 TCF. Sejak pengembangan CBM dicanangkan pada 2008, saat ini telah ada 54 Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) CBM dengan pemain utama adalah Vico, Pertamina, Epindo dan Medco Energy. CBM menjadi harapan di tengah kekhawatiran makin menipisnya cadangan energi konvensional Indonesia.
UPN "Veteran" Yogyakarta seperti halnya dalam pengembangan Geothermal, kembali hadir sebagai pelopor pengembangan CBM. Apalagi setelah si 'empunya' Epindo, mas Amrullah Hasyim (angkatan '74) dilantik menjadi Ketua 'Ikatan Alumni Teknik Perminyakan Indonesia' (IAMI) UPN "Veteran" Yogyakarta.
Kembali ke Oktober 2012, saat itu tepatnya hari Jum'at tanggal 5 Oktober 2012. Bertepatan dengan hari lahir 'Tentara Nasional Indonesia' (TNI), aku mengobrak-abrik perpustakaan Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta. Beberapa jam kuhabiskan di dalamnya untuk mencari referensi literatur dan merancang judul Komprehensif ku. Setelah shalat tahajjud dan terus berdoa memohon petunjuk-Nya, akhirnya pada 7 Oktober 2012 tertulislah 3 rancangan judul:
1. Penggunaan Logging dalam Perkiraan Cadangan pada Reservoir Coalbed Methane
2. Peranan Data Penilaian Formasi untuk Perkiraan Cadangan pada Reservoir Coalbed Methane
3. Peranan Analisis Uji Sumur untuk Menentukan Karakteristik Reservoir Coalbed Methane
Ya, seakan Allah SWT mengarahkanku, aku tak punya pilihan selain mengambil bidang Teknik Reservoir sebagai bahan Komprehensif ku. Hal ini karena Indonesia sama sekali belum memulai produksi CBM, sehingga akan sangat sulit melakukan studi literatur untuk hal itu. Sedangkan Teknik Pemboran sejak awal aku tak meliriknya sama sekali, orang-orang pemboran adalah mereka yang hobi bertualang meninggalkan rumah dan keluarga dalam waktu yang sangat lama. Aku adalah seorang pria yang bermimpi dapat menjadi suami dan ayah yang ideal bagi keluarganya.
Dengan realita bahwa materi perkiraan cadangan adalah ilmu yang sangat sulit, maka perkiraan cadangan CBM adalah 'mbahnya' sulit.
Senin, 8 Oktober 2012 berbekal 3 rancangan judul itu kumasuki ruangan pak Avi untuk bimbingan yang pertama kalinya. Aku memasuki ruangan beliau bersama seorang kawanku, Revy yang mengambil rancangan judul terkait problem produksi. Revy kupersilahkan untuk bimbingan terlebih dahulu.
Ia menyerahkan 5 rancangan judul pada pak Avi yang kemudian dikomentari beliau, "Coba yang nomor ini dan nomor ini digabung jadi satu. Gimana itu bahasanya yang enak? Coba dicari ya, besok Kamis ketemu saya lagi."
Sedangkan ketika giliran ku beliau berkomentar, "Wah, sesuatu yang baru ini. Menarik. Semangat ya Gus, jangan seperti teman-teman yang lain, nyerah kalau sudah terbentur literatur yang minim. Hmm, memang ada bedanya penilaian formasi di CBM dengan di gas konvensional?" Aku menjawab, "Ada pak. Karena reservoirnya berbeda, pasti karakteristiknya juga beda. Nah, mekanisme penilaian formasinya pasti juga beda." Mendengar jawabanku itu beliau langsung menanggapi, "Baik, saya pilih ini (sambil melingkari rancangan judul nomor 2 ku). Langsung buat proposalnya ya."
Yes, dan jadilah aku mahasiswa Teknik CBM ke-9 di Indonesia !!!
Aku keluar ruangan beliau dengan wajah yang sangat cerah. Rasanya momen wisuda itu tinggal sebentar lagi.
Teman-teman yang bertanya perihal judulku selepas bimbingan itu kujawab, "Kalian akan jadi pengguna hebat dari banyak rumus dan formula rumit di Teknik Perminyakan, belajar dari buku tokoh-tokoh dunia minyak legendaris. Kalau aku akan jadi pencipta rumus dan formula di dunia CBM, sejarah akan mencatat namaku sebagai salah satu pelopor pengembangan energi CBM Indonesia."
Di lantai dasar kampus, tepatnya di depan ruang kantor HMTM aku bertemu Ketua HMTM yang kebetulan juga dibimbing oleh pak Avi. Ia bertanya, "Gimana Gus? Udah bimbingannya? Dapet judul apa?"
Aku menjawab dengan penuh senyum sumringah, "Peranan Data Penilaian Formasi untuk Perkiraan Cadangan pada Reservoir Coalbed Methane".
Dan tanpa diduga dia berkata, "Langsung dapet judulnya di bimbingan pertama?? Anjing ! Dulu aku sampe harus ngadep 3 kali. Rancangannya aja 20, kamu cuma 3." Aku hanya bersyukur dalam hati, ternyata pak Avi telah berbaik hati padaku.
Hari Kamis nya, 11 Oktober 2012, pagi-pagi aku sudah datang ke kampus membawa proposal Komprehensif ku. Bersama Revy aku memasuki ruang pak Avi, kembali kupersilahkan Revy untuk memulai sesi bimbingan ini.
Lagi-lagi pak Avi kurang sreg dengan judul yang dirancang Revy, "Coba masalah problem korosi ini dikaitkan secara komprehensif dengan ilmu yang lain. Cari bahasanya yang pas."
Dan ketika giliranku pak Avi berkata, "Oke sip, sangat menarik. Rancangan daftar isinya juga bagus. Langsung buat draft sampai selesai ya Gus."
Subhannallah lagi-lagi pak Avi menunjukkan kebaikannya, akhirnya dapat kumulai perjuangan draft itu.
Tapi ternyata disitulah tantangannya...
Ternyata memang tantangan tersendiri untuk belajar dari nol mengenai pembentukan lapisan dan lingkungan pengendapan batubara yang sebenarnya adalah 'makanan sehari-hari' anak Teknik Pertambangan.
Begitu juga untuk mencari literatur tentang eksploitasi CBM serta metode penilaiaan formasi dan perhitungan perkiraan cadangannya.
Yah, itulah akhirnya yang menahanku selama 5 bulan tak berjumpa dengan pak Avi terkait Komprehensif. Berkali-kali aku menghadap beliau, namun itu terkait program HMTM. Rasanya 'gatal' ketika melihat beberapa teman telah menyelesaikan sidang Komprehensif nya dan mendengar beberapa yang lain telah melalui bimbingan bab-bab terakhirnya.
Hal itu lah yang mendorongku untuk 'menggenjot' habis-habisan penyusunan Komprehensif ku pada 15-16 Maret 2013 lalu. Ya, ternyata dengan metode lembur hingga jam 3 pagi selama dua hari draft Komprehensif setebal 160 halaman itu berhasil kuselesaikan.
Tadinya aku berniat langsung menghadap pak Avi pada 18 Maret 2013, tapi aku memutuskan untuk menggunakan waktu selama 1 minggu untuk memahami lebih dalam apa yang telah kutulis. Hingga akhirnya datanglah hari ini, 25 Maret 2013.
Aku kembali memasuki ruang kerja pak Avi bersama Revy. Kawanku itu juga baru memulai kembali bimbingannya pada 1 bulan lalu, kini ia sudah mencapai Bab 5.
Setelah sindiran pak Avi yang kuceritakan di atas, aku menjelaskan pada beliau, "Maaf sekali saya baru menghadap bapak sekarang. Saya harus belajar dari nol terkait batubara nya pak, benar-benar ilmu baru."
Pak Avi kemudian melihat-lihat isi Komprehensif saya, mengangguk-angguk dan berkata, "Isinya menarik sekali Gus. Oke ini saya terima, saya pelajari dulu. Pertemuan berikutnya langsung kita diskusikan Bab 2 ya."
Langsung saja kujawab dengan antusias, "Besok Kamis ya pak?"
Alhamdulillah ternyata pak Avi masih berbaik hati padaku, bahkan Bab 1 pun beliau lewatkan sehingga aku bisa lebih menghemat waktu. Rasanya Bab 7 (bab terakhirku) tinggal di depan mata.
Mungkin beliau menaruh harapan besar padaku untuk bisa mengembangkan potensi CBM di negeri ini lebih jauh. Ya, itulah memang visi saya pak. Akan saya buat bapak bangga besok melihat anak bimbingannya menjadi tokoh pelopor pembangunan dunia energi CBM Indonesia, aamiin.
Ya itulah kisah yang sangat berharga bagiku hari ini. Insya Allah ini adalah momentum bagiku untuk kembali mengobarkan semangat juang. R.M. Bagus Pratomo Ryagede, ST on October, 2013 !!
Indonesia, nantikan kontribusiku ! From campus leader to field leader !!!
Bismillah :)


1 komentar:

  1. gan sorry nih ganggu,gw mahasiswa akamigas balongan,boleh minta saran ga buat judul TA tentang cbm dengan tema proses dewateringnya

    BalasHapus