Kamis, 21 Februari 2013

CEPAT SEMBUH EYANG......


Aku masih teringat masa-masa kecilku di Jakarta dulu.
Realitanya di saat itu ibuku sedang sibuk-sibuknya meniti karier. Tiap harinya beliau sudah berangkat kerja jam 6 pagi, menyusuri macetnya jalanan menuju kantor Depkes RI di daerah Kuningan dan baru pulang ke rumah sekitar jam 7 malam. Sementara ayahku bertugas di Brebes.
Jadilah tiap harinya sepulang sekolah aku dijemput untuk kemudian dibawa ke rumah nenekku.
Saat aku duduk di bangku TK Nol Kecil, ibuku terpaksa memasukkanku ke sebuah sekolah milik Persatuan Wanita Kristen Indonesia (TK PWKI). Hal ini terpaksa dilakukan ibuku karena hanya itu TK yang dekat posisinya dengan rumah kami yang diberikan oleh orangtua ibuku di daerah Kebayoran Baru.
Tiap pagi aku diantar dua orang pembantu ke sekolah. Di jam pulang sekolah, biasanya sudah ada mobil sedan Volvo hitam parkir di depan TK. Itulah salah satu nenekku, eyang Inneke yang hampir tiap hari menjemputku dari sekolah. Biasanya saat menjemputku itu beliau sudah menyiapkan sekotak Dunkin Donuts kesukaanku, lalu supir pun membawa kami menuju Plaza Senayan untuk berbelanja. Tiap hari ada saja mainan baru yang kubawa ke rumah.
Rutinitas itu berlangsung hingga aku akan naik kelas ke TK Nol Besar. Di saat itulah nenekku yang lain tampil..
Ibu dari ayahku, eyang Hanny adalah seorang muslimah yang taat. Hal itu wajar mengingat ayah beliau adalah seorang ulama kenamaan di Betawi, sedangkan beliau sendiri dikenal sebagai mantan Sekretaris Menteri Agama RI.
Beliau sangat tidak setuju jika aku disekolahkan di TK milik yayasan Kristen. Tapi ibuku beralasan bahwa hanya TK itulah yang ada di dekat rumah kami. Kondisi ibuku yang sangat sibuk dan ayahku yang berada di luar kota tak memungkinkan aku disekolahkan di lokasi yang jauh dari rumah.
Akhirnya menjelang aku naik ke TK Nol Besar eyang Hanny menyampaikan gagasan spektakuler beliau pada ibuku, "Lia, mulai sekarang keluargamu harus pindah rumah. Mamah udah siapin rumah baru buat kalian di Depok, deket rumah mamah. Bagus jadi bisa sekolah di TK Islam paling bagus disana."
Subhannallah, ternyata sedemikian khawatirnya eyang Hanny pada pendidikanku hingga beliau menyediakan sebuah rumah baru untuk kami.
Sejak itu rutinitasku berubah, aku memasuki lingkungan baru di Depok.
Aku disekolahkan di TK Nurul Islam. Tiap hari ada mobil antar-jemput yang membawaku ke sekolah di pagi hari dan mengantarkanku pulang di siang hari. Sang supir sudah paham bahwa tiap pulang sekolah aku harus diantarkan ke rumah nenekku.
Aku masih teringat hobiku saat masa TK di Depok itu. Entah kenapa sejak pindah rumah aku jadi susah makan.
Aku hanya mau makan jika makanannya adalah masakan ibuku, makanan fovoritku, disuapi dan..... memakannya sambil naik becak !
Uniknya nenekku mengikuti kemauanku itu. Eyang Hanny menyiapkan sebuah becak, yang tiap jam makan siang mengantarkanku berkeliling kompleks perumahan sambil disuapi eyang. Tukang becak dadakannya adalah adik sulung ayahku, om Eko. Tentu hal ini menjadi pemandangan yang menggelikan bagi para tetangga, tapi nenekku tak peduli. Apapun dilakukannya demi aku, cucu pertama yang sangat disayanginya.
Lebih ektrem adalah saat aku dan ibuku masih tinggal di Tasikmalaya. Di kota penempatan pertama ibuku itu kami hanya tinggal berdua karena ayahku sudah ditugaskan di Brebes. Suatu hari eyang Hanny sangat ingin mengunjungi cucu kesayangannya. Karena tak ada supir yang bisa mengantar di hari itu, beliau nekat ke Tasikmalaya yang jaraknya sangat jauh dari Depok dengan menyetir mobil sendiri ditemani ibu dari ibuku.
Kembali ke masa saat tinggal di Depok. Tiap hari minggu beliau pasti bertanya padaku, "Bagus hari ini mau jalan-jalan kemana?". Biasanya aku akan jawab antara Kebon Raya Bogor, Dufan, Taman Safari, Taman Mini atau Mall Depok. Seketika itu juga eyang Hanny akan mewajibkan seluruh anggota keluarga untuk bersiap, rekreasi bersama ke tempat yang ingin ku tuju. Satu rombongan yang terdiri dari eyang Hanny, kedua orangtuaku, aku, om Eko, om Anshor, tante Eva dan tante Kandi akan menghabiskan hari minggu yang panjang itu bersama-sama. Untuk menyiasati hal ini, seringkali pada malam minggu satu persatu keluargaku mendekatiku untuk membujuk berbagai hal: "Bagus, besok kita jalan-jalan ke Mall Depok aja ya? Nanti om traktir ke Timezone deh.", "Gus, besok kita main bulutangkis di lapangan kompleks aja ya? Pasti seru.", "Mas Bagus, besok kita nonton film di rumah aja ya. Nanti tante pinjemin CD film-film baru. Ok?". Tentu saja keputusan akhir berada di tanganku, namun tak jarang aku juga mengiyakan usul mereka.
Ketika aku menginjak bangku SD eyang Hanny menyerahkan hadiah yang tak tanggung-tanggung, deposito pendidikan sebesar $ 10.000. Beliau berharap nantinya aku bisa mempergunakannya untuk menempuh pendidikan di universitas. Betapa aku merasa mendapat tempat spesial di hati beliau. Ternyata peranku sebagai cucu pertama begitu istimewa bagi beliau.
Sayang, kedekatanku dengan beliau menjadi terhalang ketika ayahku dipindahtugaskan ke Banjarmasin. Ibuku memutuskan membawaku untuk hidup merantau di Kalimantan bersama ayahku. Sejak itu intensitas pertemuanku dengan eyang Hanny menurun. Beliau menyempatkan untuk mengunjungi kami di rantau setahun sekali, begitu juga kami yang selalu pulang ke Jawa tiap Idul Fitri.
Eyang sangat senang ketika akhirnya kedua orangtuaku memutuskan untuk kembali hidup di Jawa. Takdir membawa kami untuk tinggal di sebuah kota kecil Jawa Tengah, Temanggung. Walau cukup jauh dari Depok, eyang Hanny sangat sering mengunjungi kami. Di Temanggung biasanya beliau menghabiskan waktu bersamaku menikmati keindahan alam yang masih asri disana.
Pernah suatu ketika kami menyempatkan berkeliling kota menggunakan delman/dokar/andong, beliau begitu bahagia dan bangga melihat banyak orang di sepanjang jalan yang kami lewati mengenalku sebagai 'anaknya bu Dahlia dan pak Dirhansyah'. Bagi beliau itu berarti kedua orangtuaku berhasil membangun citra yang baik dan diterima oleh masyarakat setempat, yang membuat beliau juga menjadi tenang.
Eyang Hanny sejak muda dikenal sebagai seorang yang 'tak bisa kalah'. Begitu juga dalam hal menyayangiku, beliau tak mau dianggap kurang dibanding orangtua ibuku. Saat orangtua ibuku memberiku sebilah keris dan cundrik Mangkunagaran, tak lama kemudian eyang Hanny juga memberikanku sebuah cincin akik dan sebilah keris Pajajaran.
Suatu hari beliau juga berkata di depan seluruh keluarga, "Mamah punya firasat kuat, besok bakal ada cucu mamah yang jadi Presiden. Mamah yakin itu pasti Bagus, bakat kepemimpinannya udah menonjol dari dulu."
Karena itulah hingga sekarang semua om dan tanteku sangat mendukung tiap langkahku. Mereka siap support penuh jika nantinya mereka dibutuhkan menjadi mesin politik utamaku di masa depan.
Yah, itulah sedikit hal yang tiba-tiba terbesit lagi di anganku hari ini. Sebenarnya aku bertekad untuk bisa lebih fokus dalam menjalani Kerja Praktek hari ini, tanpa upload foto dan update notes galau. Seseorang yang sangat istimewa di hatiku menyadarkanku akan hal itu tadi pagi. Tapi realitanya adalah pagi ini eyang Hanny juga kembali dilarikan ke rumah sakit...
Beliau kembali anfal (serangan jantung) setelah sempat istirahat di rumah selama dua hari. Beberapa hari lalu beliau koma dan harus dirawat di ICU, sayangnya setelah keluarga bernafas lega sejenak, hari ini beliau kembali diuji Allah SWT. Dan yang kusedihkan adalah di saat darurat seperti ini aku masih belum bisa meninggalkan Sumatera, karena harus menyelesaikan kewajiban Kerja Praktek di Pertamina...
Ini adalah anfal ke-3 beliau dalam setahun terakhir. Ya, setahun terakhir ini kondisi kesehatan eyang semakin menurun seiring bertambahnya usia beliau.
Tak ada lagi momen-momen indah aku dipelukannya, momen kami saling melempar tebak-tebakan dan cerita humor, momen aku berkeliling Temanggung dengan andong bersamanya, momen kami membaca Al-Qur'an dengan kusyu' bersama, momen kami berbelanja dan berekreasi bersama, momen aku membantunya memasak berbagai masakan enak di dapur.................
Cepet sembuh eyang, eyang harus ada di hari pernikahan Bagus besok....Eyang harus nimang anak Bagus....Eyang harus ikut ajarin dia ngaji.....Eyang harus ajarin istri Bagus masak....Eyang harus liat Bagus pidato kenegaraan di TV....Kita naik haji bareng nanti..........
Cepet sembuh eyang..............................................Biar kita bisa becandaan bareng lagi......

Selasa, 19 Februari 2013

GUNDAH YANG BRUTAL !!!!!!!!!!!!!

Malam ini pikiranku kalut, hanya ada gundah di hati..
Tidur susah, mau berbuat apapun linglung rasanya.
Mestinya bisa kutoreh beberapa kalimat menjadi untaian syair yang mungkin dapat membuat ini semua lebih sentimentil, atau bisa kuambil salah satunya dari ratusan koleksi puisi buatanku dulu..
Tapi setelah puisi-puisi itu ku review kembali, justru aku tersadar, CINTA ITU HANYA SUMBER KEGELISAHAN !
Ratusan puisi yang jadi saksi bisu kisah-kisah terdahuluku, hanya menyayat lagi luka-luka lama yang dulu ada dan sebagian terulang lagi di masa kini.
Semua kisah cenderung sama, ketulusan dan kesetiaan yang dipandang sebelah mata lalu menghadirkan kepedihan mendalam. Ya, cerita cinta realitanya hanya menyuguhkan konflik yang itu-itu saja.
Malam ini tak perlu ada puisi, tak perlu kata yang berbelit-belit.
Terlalu banyak kepura-puraan dan ketidakjelasan yang sudah terjadi di muka bumi, tak usahlah harus kutambah lagi ketidakjelasan itu dengan kata-kataku.
Aku lelah, lelah memikirkan semua ini !
Ingin rasanya kuberteriak keras-keras meluapkan emosi, tapi dunia ini sudah cukup gila tanpa dukungan kegilaanku yang macam itu.
Haaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh.............
Kenapa hati & pikiran ini terus saja melayang kemana-mana..? Tak bisa bisakah Kau berikan ketenangan padaku Yaa Allah? 
Hanya Engkau Yang Maha Menyibak segala misteri, hanya Engkau Yang Maha Mengatur segala kebaikan.........


#catatan seorang pria yang punya kebiasaan jelek: Negative thinking, Sensitif, Egois, Ambisius, Cemburuan, Angkuh, Sombong, Malas, Apatis, Gengsian, Boros, Jail dan Rindu akut dapat dicintai sepenuh hati oleh orang yang juga dia cintai sepenuh hati